Sabtu, 10 Mei 2008

askep hipertensi

Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat anti hipertensi.( Arif Mansjoer ;2000)
Hipertensi adalah tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai dengan keperahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal sampai hipertensi maligna (Marliny E.Doengoes,Kutip dari JNC; 2000)
Patofisiologi
1. Aterosklerosis ( Pengerasan Pembuluh Darah)
2. Membran Pembuluh darah terjadi penumpukan didinding pembuluh darah oleh lipid dan kalori sehingga darah yang mengalir menimbulkan tekanan yang tinggi sehingga terjadi tekanan darah tinggi.
3. Jika penum,pukan membentuk thrombus dan terjadi di :
Ø Di Otak : CVA Infark dan CVA Bleeding (Stroke)
Ø Di Jantung : Gagal Jantung
Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1. Hipertensi esensial atqau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Banyak factor yang mempengaruhinya seperti genetic, lingkungan, hiperaktivitas, susunan syaraf simpatis, system reni engiotensi, defek dalam akstrasi Na, peningkatan Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko, seperti obesitas, alcohol, merokok, serta polisetimia.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Penyebab spesifikasinya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasioarota, hipertensio yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain.
Manifestasi Klinis
Peninggian tekanan darah kadang – kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, ataujantung. Gejala lain sering ditemukan adlah sakit kepala epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang – kunang, dan pusing.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium). Natrium, kreatinin, gula darah puasa , kolestrol total, kolestrol HDL, dan EKG.
Sebagai tmbahan dapat dilakukan pemeriksaan lain, seperti klirens kreatinin, protein urin 24 jam, asam urat, kolestrol LDL, TSH, dan ekokardiografi.
Diagnosis
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran, hanya dapat di tetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala – gejala klinis. Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar, setelah beristirahat selama 5 menit, dengan ukuran pembungkus lengan yang sesuai (menutupi 80 % lengan}. Tensimeter dengan air raksa masih tatap dianggap alat pengukur yang terbaik.
Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama menderitanya, riwayat dan gejala penyakit – penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskular, dan lainnya. Apakah tedapat riwayat penyakit dalam keluarga, gejala-gejala yang berkaitan dengan penyebab hipertensi, perubahan aktivitas / kebiasaan (seperti merokok), konsumsi makanan, riwayat obat-obatan bebas, hasil dan efek samping terapi antihipertensi sebelumnya bila ada, dan factor psikososial lingkungan (keluarga, pekerjaan dan sebagainya).
Penatalaksanaan
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan resiko penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta mobiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankna tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan diastolic dibawah 90 mmHg dan mengontrol factor resiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat antihipertensi.
Kelompok risiko dikatagorikan menjadi :
A : Pasien dengan tekanan darah perbatasan, atau tingkat 1,2 atau 3, tanpa gejala penyakit kardiovaskular, kerusakan organ, atau fktor risiko lainnya. Bila dengan modifikasi gaya hidup tekanan darah belum dapat diturunkan, maka harus diberkian obat atntihipertensi.
B : Pasien tanpa penyakit kardiovaskular atau kerusakan organ lainnya, tapi memiliki satu atau lebih factor risiko yang tertera diatas, namun bukan diabetes militus. Jika terdapat beberapa factor maka harus langsung diberkan obat antihipertensi.
C : Pasien dengan gejala klinis penyakit kardivaskular atau kerusakan organ yang jelas.
Faktor risiko :
Usia lebih dari 60 tahun, merokok, dislipidemia, diabetes mellitus, jenis kelamin (pria dan wanita menopause), riwayat penyakit kardiovaskular dalam keluarga.
Kerusakan organ atau penyakit kardiovaskular : penyakit jantung (hipertrofi ventrikel kiri, infrak miokard, angina pectoris, gagal jantung, riwayat penyakit arteri perifer, dan retinofati.
Penatalaksanaan berdasarkan klasifikasi risiko :
Tekanan Darah
Kelompok Risiko A
Kelompok Risiko B
Kelompok Risiko C
130-139/85-89
Modifikasi gaya hidup
Modifikasi gaya hidup
Dengan Obat
140-159/90-99
Modifikasi gaya hidup
Modifikasi gaya hidup
Dengan Obat
> 160 / ≥ 100
Dengan Obat
Dengan Obat
Dengan Obat
Modifikasi gaya hidup cukup efektif, dapat menurunkan resiko kardivaskular dengan biaya sedikit, dan resiko minimal. Tata laksana ini tetap dianjurkan meski harus disertai obat antihipertensi karena dapat menurunkan jumlah dan dosis obat. Langkah-langkah yang dianjurkan untuk :
Ø Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan (indeks massa tubuh ≥ 27).
Ø Membatasi alcohol dan Meningkatkan aktivitas fisik aerobic (30-45 menit/hari).
Ø Mengurangi asupan Natrium (<100>
Ø Mempertahankan asupan Kalium yang adekuat (90 mmol.hari).
Ø Mempertahankan asupan Kalsium dan Magnesium yang adekuat.
Penatalaksanaan dengan obat antihipertensi bagi sebagian besar pasien dimulai dengan dosis rendah kemudian ditinkatkan cesara titrasi sesuai dengan umur, kebutuhan, dan usia. Terapi yang optimal harus efektif selama 24 jam, dan lebih disukai dengan dosis tunggal karena kepatuhan lebih baik, lebih murah, dapat mengontrol hipertensi terus-menerus dan lancer, dan melindungi pasien terhadap berbagai risiko dari kematian mendadak, serangan jantung, atau strok akibat peningkatan tekanan darah mendadak saat bangun tidur. Sekarang terdapat pula obat yang berisi kombinasi dosis rendah dua obat dari golongan yang berbeda. Kombinasi ini terbukti memberika efektivitas tambahan dan mengurangi efek samping.
Setelah diputuskan untuk memakai obat antihipertensi dan bila tidak terdapat indikasi untuk memilih golongan obat tertentu, diberikan diuretikatau beta bloker. Jika respons tidak baik dengan dosis penuh, dilanjutkan sesuai algoritma. Diurtik biasanya menjadi tambahan karena dapat meningkatkan efek obat yang lain. Jika tambaha obat kedua dapat mengontrol tekanan darah dengan baik minimal 1 tahun, dapat di coba menghentikan obat pertama melalui penurunan dosis secara perlahan dan progresif.
Pada beberapa pasien mungkin dapat dimulai terapi dengan lebih dari satu obat secara langsung. Pasien dengan tekanan darah ≥ 200 / ≥ 120 mmHg, harus diberikan terapi dengan segera dan jika terdapat gejala kerusakan organ harus dirawat dirumah sakit.
ADEMI 2006 / 2007
Daftar Pustaka
1. Mansjoer, Arief dkk. 2001. kapital selekta kedokteran. Jakarta : Media Aesculaplus
2. Doenges. Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC