Sabtu, 01 September 2012

Sakit bukan Berarti Berhenti Beribadah



“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dia maha perkasa lagi maha pengampun (QS Al-Mulk 67:2)”

Allah telah menetapkan sebuah kaidah dalam firman-Nya, bahwasanya Dia yang maha kuasa telah menjadikan hidup dengan segala permasalahannya dan mati beserta hal-hal yang terkait di dalamnya. Keduanya merupakan ujian bagi hamba-hamba-Nya. Dari ujian itu diketahui siapa yang saja hambanya yang pandai bersyukur ketika lapang dan siapa yang sabar ketika berada dalam kesempitan. Manusia yang pandai bersyukur ketika lapang dan bersabar ketika sempit, baginya pahala yang luar biasa dari sisi-Nya. Nabi Ayub as. adalah salah seorang contoh yang terbaik dari hamba-hamba Allah yang menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong dalam hidupnya. Ketika berada dalam kelapangan, beliau bersyukur. Ketika berada dalam kesempitan hidup, beliaupun mampu bersabar. Bahkan, kesabaran yang ditampilkan Nabi Ayub as. menjadi symbol kesabaran paripurna dalam menghadapi kepahitan hidup.

Nabi Ayub adalah hamba yang saleh. Allah swt. menguji Ayub dengan harta, keluarga dan tubuhnya. Hartanya hilang sehingga beliau menjadi orang yang sangat miskin setelah sebelumnya kaya raya. Kemudian Nabi Ayub ditinggal pergi oleh istri dan anak-anak yang dicintainya. Setelah itu fisiknya dihinggapi oleh penyakit aneh yang menjijikkan yang tidak kunjung sembuh dalam kurun waktu yang lama sehingga orang-orang menjauhinya. Walaupun demikian, beliau tetap bersabar menghadapi semua itu. Ia tetap bersyukur dan beribadah kepada Allah swt.

Sakit yang diderita Ayub menghabiskan waktu yang sangat lama, hingga suatu saat setan menggodanya.
”Wahai Ayub, penyakit dan penderitaan yang engkau rasakan ini adalah karena permintaanku kepada Allah untuk menggodamu. Seandainya engkau berhenti bersabar dalam satu hari saja, niscaya penyakitmu akan hilang. Sesungguhnya Allah tidak benar-benar mencintaimu. Kalau Allah benar-benar mencintaimu, niscaya engkau tidak akan merasakan penderitaan yang hebat seperti ini.”

Dengan tersenyum Ayub berkata kepada setan, “Keluarlah hai setan, sungguh aku tidak akan berhenti besabar, bersyukur dan beribadah.” Setan pun pergi dengan putus asa karena tidak mampu menggoda Nabi Ayub.

Nabi Ayub tidak percaya bahwa penderitaan yang dihadapinya ini adalah karena setan. Beliau menganggap semua yang dihadapinya ini adalah karena izin Allah untuk mengujinya. Untuk itu, Nabi Ayub mengadu dan berdo’a kepada Alah. Hingga dating suatu hari Allah memerintahkan Ayub untuk mandi di salah satu mata air di gunung dan minum dari mata ir tersebut. Nabi Ayub melaksanakan perintah itu dan hingga pada tegukkan yang terakhir beliau merasakan sehat dan sembuh dari penyakitnya. Allah pun mengembalikan keluarga, harta dan kemuliaan kepadanya.

Meneladani kisah Nabi Ayub di atas kita belajar untuk merenungi hidup yang kita jalani saat ini, sudahkan kita bersyukur saat kemudahan dating dan sudahkan kita bersabar saat kesusahan melanda hidup kita. Orang beriman tidak akan pernah lepas dari yang namanya ujian hidup. Baik dari hal-hal yang menyenangkan maupun yang menyenangkan. Dalam Al-Qur’an disebutkan.
Apakah manusia mengira mereka dibiarkan saja mengatakan ‘kami telah beriman’ sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS Al-Ankabut 29:2)

Begitu banyak ujian yang diberikan Allah kepada hamba-Nya, sebut saja sakit salah satunya. Sakit adalah sunnatullah. Jika manusia tidak memahaminya sakit merupakan penderitaan yang besar. Manusia harus menerima sakit ini sebagai sesuatu yang wajar dan kita harus iklas menerimanya. Meskipun begitu kita tidak boleh sepenuhnya pasrah menerimanya tanpa ada usaha, karena Islam tidak menginginkan seorang sakit tanpa usaha dalam penyembuhannya. Nabi Muhammad saw., bersabda, “setiap penyakit itu pasti ada obatnya.

Selama kita terbaring sakit, kita tidak boleh berhenti beribadah. Karena Islam telah mengajarkan kepada kita bagaimana cara beribadah saat kita sakit.
Berikut adalah cara beribadahnya orang sakit.

1.      Bersuci
  1. Istinja’
Istinja artinya mensucikan diri dari kotoran baik yang keluar dari dubur maupun dari qubul (kemaluan). Cara istinja yaitu dengan menggunakan air yang suci atau dengan benda padat,contoh dapat menggunakan kertas tisue yang kering.Kalau menggunakan tisue dengan catatan:
·         Kotoran tidak kemana-mana hanya terdapat pada tempat keluarnya saja(dubur dan qubul).
·         Kotoran tersebut belum kering hingga bisa dihisap dengan kertas tisue.

  1. Berwudlu
Berwudhu artinya menghilangkan hadats kecil.Hadats kecil yaitu hal-hal yang dapat membatalkan wudhu seperti keluarnya sesuatu dari dubur maupun qubul.

Cara berwudhu sebagai berikut:
·         Bagi pasien yang masih mampu berwudhu sendiri seperti biasa,lakukanlah sendiri dengan tertib.
·         Bagi pasien yang sakitnya sudah berat dan tidak dapat turun sendiri dari tempat tidurnya,mintalah diwudhukan baik oleh keluarganya atau petugas rumah sakit dengan menggunakan waslap yang dibasahi kemudian diusapkan pada anggota wudhu secara merata,kecuali kumur-kumur tetap harus berkumur-kumur,dan setiap membasuh anggota wudhu waslap harus selalu dibasahi kembali,demikian seterusnya.Dan daerah-daerah yg luka dalam keadaan terbalut,tidak perlu dibuka pembalutnya.cukup dilap saja.

  1. Tayamum
Tayamum adalah merupakan pengganti wudhu/mandi wajib.Tayamum dilakukan bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk berwudhu.

Cara bertayamum sebagai berikut:
1.Niat melaksanakan Tayamum didalam hati.
2.Menepuk ketempat yang berdebu(suci) dengan kedua tangan.
3.Mengusap seluruh wajah termasuk janggut.
4.Mengusap dua tangan sampai ke pergelangan tangan.


2.      Shalat
  1. Untuk shalat fardhu, seorang yang sakit tetap diwajibkan untuk berdiri, selama mampu, meskipun harus dengan bersandar pada tembok atau bertumpu dengan tongkat
  2. Apabila tidak lagi mampu untuk berdiri, maka diperbolehkan untuk shalat dengan duduk, dengan tetap wajib untuk ruku’ dengan cara menunduk dan sujud diatas tanah sebagaimana biasa jika mampu. Dan apabila tidak mampu untuk sujud, maka sujudnya dilakukan dengan cara menunduk ( dengan posisi lebih rendah dari ruku’nya )
  3. Apabila tidak mampu untuk duduk, maka diperbolehkan untuk shalat dengan tidur miring diatas sisi kanan dengan menghadap kiblat.
  4. Apabila tidak bisa tidur dengan posisi miring, maka shalatnya dengan tidur terlentang, dengan kakinya diarah kiblat, dengan posisi kepalanya lebih diatas ( diberi bantal ), sehingga tetap bisa menghadap kearah kiblat
  5. Apabila tidak mampu ruku’ dan sujud dengan cara menunduk, maka diperbolehkan untuk ruku’ dan sujud dengan cara memberi isyarat dengan kepalanya, apabila juga tidak mampu , maka bisa ruku’ dan sujud dengan isyarat sesuai dengan kemampuan
  6. Orang yang sakit, tetap berkewajiban untuk shalat tepat pada waktunya, dan apabila ada kesulitan karena sakitnya, maka diperbolehkan untuk menjama’ antar dhuhur dengan ahsar, dan antara magrib dengan ‘isyak dengan jama’ taqdim atau ta’khir. Adapun untuk shalat shubuhnya tetap wajib untuk dilaksanakan diwaktunya
Catatan :
  • Apabila seseorang, baik karena sakit atau lainnya tertidur atau terlupa, sehingga tidak mengerjakan shalat diwaktunya, maka wajib baginya untuk melaksanakan shalat ketika ia terbangun atau ketika ia ingat, meskipun ( bangunnya atau ingatnya ) pada waktu yang dilarang untuk shalat didalamnya
  • Tidak diperkenankan bagi seorang muslim untuk meninggalkan shalat dalam keadaan bagaimanapun ( selama masih sadar ), termasuk ketika ia sakit, bahkan semestinya seorang yang sedang sakit lebih harus bisa menjaga shalatnya dari pada saat sehatnya
  • Seseorang yang hilang kesadarannya, karena sakir atau karena pengaruh obat bius atau karena yang lainnya, sehingga meninggalkan beberapa shalat, maka ia wajib untuk mengganti shalat-shalatnya dalam satu waktu, yaitu ketika ia sadar
  • Apabila seseorang meninggalkan shalat karena kehilangan akalnya hingga wafat, meskipun badannya terlihat sehat, maka ia tidak berdosa dan tidak wajib bagi ahli warisnya untuk menggantikan shalatnya
Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi kita, sebagai usaha kita untuk terus mendekatkan diri kepada Allah dengan terus beribadah kepadanya. Kita harus selalu mengingat hakikat kita diciptakan dan hidup di dunia ini, yaitu untuk beribadah kepada-Nya.
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. [51:56]



Tidak ada komentar: