Senin, 03 September 2012

Prosedur Tindakan Injeksi Subcutan




Pengertian Injeksi Subkutan
Injeksi Subkutan atau sering disingkat SC (subcutaneus) adalah memberikan obat melalui injeksi di bawah kulit yang dilakukan pada lengan atas daerah luar, kaki bagian atas, dan daerah sekitar pusat.

Tujuan Injeksi Subkutan
Agar obat dapat menyebar dan diserap secara perlahan-lahan (contoh: Vaksin, uji tuberculin)

Prosedur Injeksi Subkutan
1.      Lakukan verifikasi program terapi ( benar pasien, obat, dosis, waktu, tempat injeksi ).
2.      Siapkan Alat.
·         Spuit 1 cc dengan jarum 24G
·         Kapas alkohol 70%
·         Perlak
·         Obat yang dibutuhkan
·         Bengkok
·         Sarung tangan bersih
·         Catatan pemberian obat injeksi
·         Alat tulis

3.      Cuci tangan.
4.      Beri salam dan jelaskan tindakan yang akan dikerjakan pada pasien / keluarga.
5.      Pakai sarung tangan bersih.
6.      Masukkan obat ke dalam spuit sesuai program dokter.
7.      Perhatikan prinsip 8 Benar 1W (8B1W).
8.      Tentukan daerah yang akan diinjeksi dan lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol.
9.      Masukkan jarum dengan posisi 90° bila memakai jarum kecil (panjangnya 1 cm), atau dibawah 45° bila memakai jarum yang lebih panjang.
10.  Lakukan aspirasi dan pastikan jarum tidak masuk ke pembuluh darah.
11.  Masukkan obat dengan perlahan-lahan.
12.  Observasi kondisi/reaksi pasien.
13.  Cabut jarum dan desinfeksi kulit dengan alkohol.
14.  Rapikan pasien dan alat-alat.
15.  Buka sarung tangan.
16.  Cuci tangan.
17.  Dokumentasikan pada catatan pemberian obat injeksi.

Perhatian:
1.      Jangan menginjeksi pada tempat dimana ada bekas jaringan yang terluka atau tempat dimana terjadi edema.
2.      Sebelum memberi obat,tanyakan riwayat pemberian obat sebelumnya, apakah pernah alergi dengan obat tertentu.
3.      Bila pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat tertentu, tulis nama obat pada catatan alergi obat.

Prosedur Pengambilan Darah Vena






Pengertian
Suatu tahapan dalam pengambilan darah melalui vena pasien untuk keperluan pemeriksaan laboratorium.

Tujuan
1. Pemeriksaan darah.
2. Membantu menegakkan diagnosa.

Prosedur
1.        Lakukan verifikasi program pemeriksaan.
2.        Persiapan Alat :
•    Spuit lengkap dengan jarum steril.
•    Kapas alkohol 70%.
•    Tabung darah (periksa jenis pemeriksaan yang menggunakan antikoagulan)
•    Perlak/Pengalas.
•    Torniquet.
•    Bengkok.
•    Sarung tangan bersih.
•    Plester/hypapix dan gunting
3.       Cuci tangan
4.       Beri salam, jelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada pasien / keluarga.
5.       Pakai sarung tangan bersih.
6.       Tentukan lokasi ( vena ).
7.       Letakkan perlak kecil dibawah tangan /  lokasi yang akan ditusuk.
8.       Pasang tourniquet 3-4 cm di atas tempat yang akan ditusuk
9.       Lakukan palpasi pada vena, kemudian desinfeksi lokasi yang akan ditusuk, biarkan kulit untuk mengering.
10.   Tusukkan jarum, arah tajam ke atas membentuk sudut 30-40 derajat.
11.    Torniquet dilepas.
12.   T arik plunger untuk mengaspirasi sejumlah darah yang diperlukan.
13.    Saat mencabut jarum, berikan tekanan pada tempat tusukan dengan kapas alkohol sampai perdarahan berhenti dan fiksasi dengan plester.
14.   Lepas jarum dari spuit (jarum 23 G, 24 G)
15.   Masukkan darah ke dalam tabung darah.
16.   Observasi kondisi pasien, kemungkinan perdarahan dari tempat tusukan, dan jelaskan prosedur telah selesai.
17.   Bereskan peralatan dan kembalikan pada tempatnya.
( Jarum dan syring dibuang pada wadah limbah medis tajam untuk dihancurkan)
18.   Lepas sarung tangan.
19.   Mencuci tangan.
20.   Mencatat dalam buku pemeriksaan dan pada label tabung pemeriksaan yang akan dikirim.

Askep Gastritis









Pengertian Gastritis

Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut kronik, difus atau lokal (Soepaman, 1998).
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Arif Mansjoer, 1999).
Gastritis adalah radang mukosa lambung (Sjamsuhidajat, R, 1998).
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau lokal (Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422)
Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa Gastritis merupakan inflamasi mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau lokal.

Epidemiologi / Insiden Kasus Gastritis

Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai diklinik Penyakit Dalam ( IPD jilid II Edisi 3).
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri (Patofisiologi Sylvia & Wilson) dan ± 80 – 90% yang dirawat di ICU menderita gastritis akut.

Etiologi Gastritis

Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :
  • Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).
Bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.
  • Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui.
Gastritis ini merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum alkohol, dan merokok.

Manifestasi Klinik Gastritis

1.  Gastritis Akut
yaitu Anorexia, mual, muntah, nyeri epigastrium, perdarahan saluran cerna pada hematemesis melena, tanda lebih lanjut yaitu anemia.
2.   Gastritis Kronik
Kebanyakan klien tidak mempunyai keluhan, hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anorexia, nausea, dan keluhan anemia dan pemeriksaan fisik tidak di jumpai kelainan.

Patofisiologi  Gastritis

•    Gastritis Akut
Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiitasi mukosa lambung.
Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi :
1.   Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung. Lambung akan meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di lambung HCO3 akan berikatan dengan NaCl sehingga menghasilkan HCI dan NaCO3.
Hasil dari penyawaan tersebut akan meningkatkan asam lambung. Jika asam lambung meningkat maka akan meningkatkan mual muntah, maka akan terjadi gangguan nutrisi cairan & elektrolit.
2.   Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus yang dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCL maka akan terjadi hemostatis dan akhirnya akan terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal melindungi mukosa lambung maka akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan nyeri dan hypovolemik.
•    Gastritis Kronik
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser.

Komplikasi Gastritis

1.   Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan syock hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi.
2.   Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus.

Penatalaksaan Medik Gastritis

1.   Gastritis Akut
Pemberian obat-obatan H2 blocking (Antagonis reseptor H2). Inhibitor pompa proton, ankikolinergik dan antasid (Obat-obatan ulkus lambung yang lain). Fungsi obat tersebut untuk mengatur sekresi asam lambung.
2.  Gastritis Kronik
Pemberian obat-obatan atau pengobatan empiris berupa antasid, antagonis H2 atau inhibitor pompa proton.


Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gastritis
(Askep Gastritis)

Pengkajian Keperawatan pada Askep Gastritis

1.   Faktor predisposisi dan presipitasi
Faktor predisposisi adalah bahan-bahan kimia, merokok, kafein, steroid, obat analgetik, anti inflamasi, cuka atau lada.
Faktor presipitasinya adalah kebiasaan mengkonsumsi alcohol dan rokok, penggunaan obat-obatan, pola makan dan diet yang tidak teratur, serta gaya hidup seperti kurang istirahat.
2.  Test dignostik
  • Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagian biasanya berdarah dan letaknya tersebar.
  • Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah melewati mukosa muskularis.
  • Pemeriksaan radiology.
  • Pemeriksaan laboratorium.
  • Analisa gaster : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL, sekresi HCL menurun pada klien dengan gastritis kronik.
  • Kadar serum vitamin B12 : Nilai normalnya 200-1000 Pg/ml, kadar vitamin B12 yang rendah merupakan anemia megalostatik.
  • Kadar hemagiobi, hematokrit, trombosit, leukosit dan albumin.
  • Gastroscopy.
Untuk mengetahui permukaan mukosa (perubahan) mengidentifikasi area perdarahan dan mengambil jaringan untuk biopsi.

Diagnosa Keperawatan pada Askep Gastritis

1. Resti gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, muntah.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, anorexia.
3.  Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung.
4.  Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
5.  Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.

Intervensi Keperawatan pada Askep Gastritis
Diagnosa Keperawatan 1. : Resti gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, muntah.
Tujuan :
Resti gangguan keseimbangan cairan tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, elektrolit kembali normal, pengisian kapiler berwarna merah muda, tanda vital stabil, input dan output seimbang.
Intervensi :
Kaji tanda dan gejala dehidrasi, observasi TTV, ukur intake dan out anjurkan klien untuk minum ± 1500-2500ml, observasi kulit dan membran mukosa, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infus.

Diagnosa Keperawatan 2. : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, anorexia.
Tujuan
Gangguan nutrisi teratasi.
Kriteria Hasil :
Berat badan stabil, nilai laboratorium Albumin normal, tidak mual dan muntah BB dalam batas normal, bising usus normal.
Intervensi :
Kaji intake makanan, timbang BB secara teratur, berikan perawatan oral secara teratur, anjurkan klien makan sedikit tapi sering, berikan makanan dalam keadaan hangat, auskultasi bising usus, kaji makanan yang disukai, awasi pemeriksaan laboratorium misalnya : Hb, Ht, Albumin.

Diagnosa Keperawatan 3. : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung.
Tujuan :
Nyeri dapat berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
Nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu tidur/istirahat, skala nyeri menunjukkan angka 0.
Intervensi :
Kaji skala nyeri dan lokasi nyeri, observasi TTV, berikan lingkungan yang tenang dan nyaman, anjurkan tekhnik relaksasi dengan nafas dalam, lakukan kolaborasi dalam pemberian obat sesuai dengan indikasi untuk mengurangi nyeri.

Diagnosa Keperawatan 4. : Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan :
Keterbatasan aktifitas teratasi.
Kriteria Hasil :
K/u baik, klien tidak dibantu oleh keluarga dalam beraktifitas.
Intervensi :
Tingkatkan tirah baring atau duduk, berikan lingkungan yang tenang dan nyaman, batasi pengunjung, dorong penggunaan tekhnik relaksasi, kaji nyeri tekan pada gaster, berikan obat sesuai dengan indikasi.

Diagnosa Keperawatan 5. : Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan :
Kurang pengetahuan teratasi.
Kriteria Hasil :
Klien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, perawatan, pencegahan dan pengobatan.
Intervensi :
Kaji tingkat pengetahuan klien, beri pendidikan kesehatan (penyuluhan) tentang penyakit, beri kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya, beritahu tentang pentingnya obat-obatan untuk kesembuhan klien.

Evaluasi Keperawatan pada Askep Gastritis

Evaluasi pada klien dengan Gastrtitis, yaitu :
1.  Keseimbangan cairan dan elektrolit teratasi
2.  Kebutuhan nutrisi teratasi
3.  Gangguan rasa nyeri berkurang
4.  Klien dapat melakukan aktifitas
5.  Pengetahuan klien bertambah.


Daftar Pustaka
 
Doengoes M.E. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3 . EGC. Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.
Wilkinson, Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC, 2007