Jumat, 25 Januari 2013

Antibiotik tidak Menyembuhkan Batuk pada Anak



Masih banyak orangtua yang memberikan antibiotik untuk mengobati penyakit batuk dan pilek anaknya. Padahal, antibiotik tidak menyembuhkan batuk tapi malah memperlambat proses kesembuhan.

Flu dan batuk disebabkan oleh virus dan antibiotik tidak dapat membunuh virus. Dalam penelitian di Italia terbukti bahwa anak-anak yang sakit batuk dan tidak diberi antibiotik justru sembuh lebih cepat dibanding anak yang mendapat antibiotik.

Penelitian tersebut dilakukan terhadap 305 anak yang sakit batuk. Hasil penelitian itu dipresentasikan dalam American College of Chest Physicians.

Ketua peneliti, Fracesco de Blasio dari Universitas Bologna, mengatakan para dokter sering meresepkan antibiotik untuk batuk supaya orangtua anak tenang.

"Padahal efektivitas antibiotik sangat kecil untuk mengobati batuk karena influenza. Bahkan antibiotik kurang efektif dibanding anak yang tidak diberi antibiotik," katanya.

Ia menjelaskan bahwa antibiotik baru diresepkan bila terjadi infeksi bakteri sekunder seperti pneumonia atau radang baru. Meski begitu penggunannya juga harus terkontrol.

Penggunaan antibiotik untuk mengobati batuk tanpa indikasi infeksi sangat tidak tepat dan bisa berbahaya. Pemakaian berulang antibiotik, apalagi bila sudah diketahui tidak efektif, bukan hanya bisa memicu reaksi alergi tapi juga anak jadi kebal obat.

sumber: Kompas

Askep Sirosis Hepatis


1.            Definisi
Sirosis hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan tipus dan menahun pada hati, diikuti dengan ploriferasi jaringan ikat, degenerasi dan regenerasi sel-sel hati, sehingga timbul kekacauan dalam susunan perenkim hati.

2.            Etiologi
Secara marfologi sirosis dibagi atas jenis mikronodular (Partal), Makronodular (Pascanekrotik) dan jenis campuran. Sedangkan dalam klinik dikenal 3 jenis yaitu partal, pascanekrotik dan bilier. Penyakit – penyakit yang diduga dapat menjadi penyebab sirosis hepatic antara lain malnutrisi, alkoholisme, virus hepatic, kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena hepatika, penyakit wislan hemokromatosis, zat toksik dan lain – lain.

3.            Patofisologi
Meskipun ada beberapa factor yang terlibat dalam etiologi sirosis, konsumsi minuman beralkohol dianggap sebagai factor penyebab yang utama, sirosis terjadi dengan frekuensi paling tinggi pada peminum minuman keras meskipun defisiensi gizi dengan penurunan asupan protein turun menimbulkan kerusakan hati pada sirosis, namun asupan alcohol yang berlebihan merupakan factor penyebab utama pada perlemakan hati dan konsekuensi yang ditimbulkannya
Factor lain dapat memainkan peran termasuk perjalanan dengan zat kimia (karbon tetraklotida, naftalen terklorinasi, dan atau fosfor) atau infeksi skistosomiasis yang menular.

4.            Manifestasi klinis
Gejala terjadi akibat perubahan morfologi dan lebih menggambarkan beratnya kerusakan yang terjadi pada etiologinya, didapatmkan gejala dan tanda sebagai berikut :
1.      Gejala-gejala gastrointestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual, muntah, dan diare.
2.      Demam, berat badan menurun, lekas lelah.
3.      ascites hidrothorak dan edema.
4.      Ikterus kadang-kadang urin menjadi lebih tua warnanya atau kecoklatan.
5.      Hepatomegali, bila telah lanjut hati dapat mengecil karena fibrosis.
6.      kelainan pembuluh darah seperti kolateral-kolateral didinding abdomen dan toraks kaput medusa, wasir dan parises esophagus.
7.      Kelainan endokrin yang merupakan tanda dari hiperestrogenesme yaitu :
a.       Impotensi atrofi testis, Ginekomastia hilangnya rambut dan fubis.
b.      Amenore hiperpigmentasi areola mammae.
c.       Spidernevi dan eritema.
d.      Hiperpigmentasi.

5.            Prognosis
Prognosis tergantung pada luasnya kerusakan hati / kegagalan hepatoselular, beratnya hipertensi partal dan timbulnya komplikasi lain.

6.            Komplikasi
Hematemesis melena dan koma hepatikum.

7.            Pemeriksaan Penunjang
Adanya anemia, gangguan faal hati (penurunan kadar albumen serum, peninggan kadar globulin serum, peninggian kadar bilirubin direk dan indirek)., penurunan enzim kolinesterase serta peninggian SGOT dan SGPT.
Pemeriksaan terhadap alfa feto protein sering menunjukkan peningkatan untuk melihat kelainan secara histopatologi dilakukan biopsy hati.

8.            Penatalaksanaan
1.      Istirahat ditempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, ascites dan demam.
2.      Diet rendah protein (diet hati III : protein I g / kg, 55 g protein 2.00 kalori) bila ada atises diberikan diet rendah garam II (600 – 800 mg) atau III (1.000 – 2.000 mg bila prosestidak aktif diperlukan diet tinggi kalori (2.000 – 3.000 kalori) dan tinggi protein (80 – 125 g / hari).
3.      Mengatasi infeksi dengan anti biotic, diusahakan memakai obat – obatan yang jelas hepatotosin.
4.      Memperbaiki keadaan gizi, bila perlu memperbaiki asam amino esensial berantai cabang dan glukosa.
5.      Robaransia vitamin B Komplek dilarang makan dan minum bahan yang mengandung alcohol.

Ø  Penatalaksanaan ascites dan edema adalah :
1.      Istirahat dan diet rendah garam. Dengan istirahat dan diet rendah garam      (2.00 – 500 mg per hari) kadang – kadang ascites dan edema telah dapat diatasi. Adakalanya harus dibantu dengan membatasi jumlah pemasukan cairan selama 24 jam hanya sampai 1 liter atau kurang.
2.      Bila dengan istirahat dan diet tidak dapat diatasi diberikan pengobatan dan uritek berupa spironoloktan 50 -100 mg / hari (awal) dan dapat ditingkatkan sampai 30 mg / hari bila 3 – 4 hari tidak terdapat perubahan.
3.      Bila terjadi ascites refrater (ascites yang tidak dapat dikendalikan dengan terapi medika metosa yang intensif) dilakukan dengan terapi parasentesis, walaupun merupakan cara pengobatan ascites yang tergolong kuno dan sempat ditinggalkan karena berbagai komplikasinya. Parasentesis banyak dicoba untuk digunakan, padaumumnya parasentesis aman apabila disertai dengan infuse albumin sebanyak 6,8       untuk setiap liter cairan atises, selain albumin dapat juga digunakan destran 70% walaupun demikian untuk mencegah pembentukan ascites setelah parasentesis pengaturan diet rendah garam dan diuretic biasanya tetap diperlukan.
4.      Pengendalian cairan ascites diharapkan terjadi penurunan berat badan 1 kg/ 2 hari atau keseimbangan cairan negative 600 – 800 ml / hari, hati – hati bila cairan terlalu banyak dikeluarkan dalam satu saat dapat mencetuskan anselofati hepatik.