RUU Keperawatan berusaha diselesaikan tahun 2013 ini. Di tahun politik, memang, banyak
pembahasan RUU yang tersendat. Tapi, khusus RUU Keperawatan ini akan mendapat prioritas
dari DPR RI. Dan hasil keputusan rapat Badan Musyawarah (BAMUS) DPR, pembahasan RUU
ini diserahkan sepenuhnya kepada Komisi IX.
Demikian disampaikan Wakil Ketua DPR RI Pramono Anung saat menerima delegasi Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (PPNI) di ruang rapat pimpinan, Selasa (21/5). “Hari ini surat akan
kami kirim ke Komisi IX,” tandas Pramono kepada para delegasi PPNI. Surat tersebut nantinya
mengamanatkan agar segera memulai pembahasannya di Komisi IX.
Bahkan, Pramono mengingatkan, bila ada anggota fraksi di Komisi IX yang menghalang-halangi
pembahasan, agar tidak dipilih lagi pada Pemilu 2014. Pernyataan Pramono ini disambut baik
PPNI. Nova Riyanti Wakil Ketua Komisi IX ikut hadir mendampingi Pramono Anung.
Menurutnya, Komisi IX memang menunggu surat dari pimpinan. Bila sudah turun surat itu,
Komisi IX segera tancap gas membahas RUU tersebut.
Seperti diketahui, DPR tinggal memiliki masa sidang 2 kali lagi sebelum menuju Pemilu. Dan
pimpinan, kata Pramono, akan memantau RUU Keperawatan ini di sisa masa sidang.
Ditambahkan pula oleh Nova, idealnya RUU Keperawatan dibahas di Komisi IX, karena para
anggota sudah memahami betul substansinya. Apalagi, Komisi IX pula yang mengawal RUU ini
dari awal.
Sementara itu, delegasi perawat yang dipimpin Sekjen PPNI Harif Fadilah, menyatakan,
pemerintah tidak serius bahas RUU Keperawatan. Di dunia hanya Indonesia dan Laos yang
belum punya UU Keperawatan. Para dokter begitu mudah mendapat perlindungan hukum lewat
UU. Tapi perawat masih sulit. Kementerian Kesehatan juga, kata Harif, sering mengeluarkan
statemen yang menyakiti hati para perawat. Kesejahteraan perawat juga masih di bawah standar.
Melihat realitas ini, para perawat di Indonesia sepakat akan mogok kerja bila RUU Keperawatan
dan kesejahteraan perawat tidak diperhatikan. Para perawat sempat mengancam mogok pada
tahun-tahun sebelumnya, tapi karena masih memiliki rasa kemanusiaan, aksi mogok masal itu
urung dilakukan. Mereka masih punya hati nurani, karena harus melayani kesehatan masyarakat.
sumber: ppni
Jumat, 06 Desember 2013
Jangan Terlambat, Cegah Stroke dengan Cara Seperti Ini
Ketika serangan stroke kadung terjadi, tampaknya tak ada yang bisa dilakukan selain pasrah dan banyak berdoa. Kadang meski dokter sudah mengerahkan berbagai cara, stroke juga tak kunjung reda. Untuk itu, pakar menyarankan agar setiap orang melakukan upaya pencegahan.
Apalagi mengingat stroke bisa terjadi pada siapapun, tanpa terkecuali maka pencegahan tak hanya berlaku untuk masa sebelum terjadinya serangan pertama tapi juga upaya pencegahan agar stroke yang dialami pasien tak mengalami kekambuhan.
"Perlu diketahui jika makin banyak faktor risikonya (yang dimiliki pasien), peluang strokenya kambuh juga makin besar," tutur Heny Suseani Pangastuti, S.Kp., M.Kes., dalam acara Bedah Buku 'Odem Otak pada Pasien Stroke Iskemik Akut' dan Workshop Pertolongan Serangan Stroke bagi Awam di Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta, seperti ditulis pada Jumat (6/12/2013).
Heny pun memaparkan bahwa faktor risiko stroke terdiri atas dua macam; yang dapat dikendalikan dan yang tidak bisa diubah atau dikendalikan. Yang dapat dikendalikan antara lain penyakit jantung, hipertensi, diabetes, kebiasaan merokok, anemia, dll.
"Sedangkan untuk faktor risiko yang tidak bisa diubah yaitu usia, gender, hereditas atau keturunan, ras atau etnis dan kondisi geografis, kita nggak bisa berbuat apa-apa ya," imbuhnya.
Lalu bagaimana mencegah terjadinya stroke berulang? Menurut dosen ilmu keperawatan UGM tersebut, bisa dilakukan dengan konsumsi sejumlah obat resep seperti aspirin dan agen penurun lipid atau lemak, dan yang utama perubahan gaya hidup atau modifikasi faktor risiko.
Heny mengacu pada ketentuan WHO tentang perubahan gaya hidup pasien stroke (2001) berupa berhenti merokok, praktik diet sehat, pengendalian berat badan, serta aktivitas yang teratur. Untuk aktivitas fisik, Heny menegaskan apabila standar olahraga untuk mencegah stroke menurut WHO sendiri adalah lima kali seminggu, masing-masing selama 30 menit.
"Tapi sebenarnya yang paling penting adalah mencegah tidak terjadinya stroke yang pertama kali. Ini dengan memberikan edukasi kepada pasien yang punya faktor risiko tadi," tutur Heny.
sumber: detikhealth
Apalagi mengingat stroke bisa terjadi pada siapapun, tanpa terkecuali maka pencegahan tak hanya berlaku untuk masa sebelum terjadinya serangan pertama tapi juga upaya pencegahan agar stroke yang dialami pasien tak mengalami kekambuhan.
"Perlu diketahui jika makin banyak faktor risikonya (yang dimiliki pasien), peluang strokenya kambuh juga makin besar," tutur Heny Suseani Pangastuti, S.Kp., M.Kes., dalam acara Bedah Buku 'Odem Otak pada Pasien Stroke Iskemik Akut' dan Workshop Pertolongan Serangan Stroke bagi Awam di Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta, seperti ditulis pada Jumat (6/12/2013).
Heny pun memaparkan bahwa faktor risiko stroke terdiri atas dua macam; yang dapat dikendalikan dan yang tidak bisa diubah atau dikendalikan. Yang dapat dikendalikan antara lain penyakit jantung, hipertensi, diabetes, kebiasaan merokok, anemia, dll.
"Sedangkan untuk faktor risiko yang tidak bisa diubah yaitu usia, gender, hereditas atau keturunan, ras atau etnis dan kondisi geografis, kita nggak bisa berbuat apa-apa ya," imbuhnya.
Lalu bagaimana mencegah terjadinya stroke berulang? Menurut dosen ilmu keperawatan UGM tersebut, bisa dilakukan dengan konsumsi sejumlah obat resep seperti aspirin dan agen penurun lipid atau lemak, dan yang utama perubahan gaya hidup atau modifikasi faktor risiko.
Heny mengacu pada ketentuan WHO tentang perubahan gaya hidup pasien stroke (2001) berupa berhenti merokok, praktik diet sehat, pengendalian berat badan, serta aktivitas yang teratur. Untuk aktivitas fisik, Heny menegaskan apabila standar olahraga untuk mencegah stroke menurut WHO sendiri adalah lima kali seminggu, masing-masing selama 30 menit.
"Tapi sebenarnya yang paling penting adalah mencegah tidak terjadinya stroke yang pertama kali. Ini dengan memberikan edukasi kepada pasien yang punya faktor risiko tadi," tutur Heny.
sumber: detikhealth
Pertolongan Pertama pada Mimisan
Menurut Stanley M. Zildo seperti dikutip dari bukunya yang berjudul 'First Aid, Cara Benar Pertolongan Pertama dan Penanganan Darurat', Kebanyakan perdarahan hidung yang terjadi pada anak-anak tidak berbahaya. Namun bila terjadi pada orang tua atau dewasa, hal ini dapat menjadi masalah serius dan membutuhkan penanganan medis.
Apabila menemui hidung berdarah atau mimisan, lakukanlah hal-hal sebagai berikut:
1. Mintalah korban untuk duduk dengan badan condong ke depan. Jaga mulut supaya tetap terbuka supaya darah tidak menutup jalan napas.
2. Pencet hidung selama 15 menit. Tekan di bawah tulang hidung pada bagian ujungnya, lepaskan perlahan.
3. Jangan biarkan korban melesitkan ingus. Apabila perdarahan terus berlangsung, pencet hidungnya lagi selama 5 menit dan pastikan korban tidak menelan darah yang keluar.
4. Ambil kain basah atau es yang dibungkus dengan kain. Tempelkan pada hidung dan muka korban untuk mempersempit pembuluh darah.
5. Bila perdarahan berlanjut dan ada indikasi patah tulang, segera bawa ke unit penanganan gawat darurat.
sumber: detikhealth
Langganan:
Postingan (Atom)