Rabu, 25 April 2012

Askep Fraktur Femur


Definisi
Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh  trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis.

Anatomi Fisiologi Fraktur

Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal yang penting pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur meluas menuju daerah tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur.



Klasifikasi Fraktur
Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu :
1.      Fraktur Intrakapsuler; femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan kapsula.
• Melalui kepala femur (capital fraktur)
• Hanya di bawah kepala femur
• Melalui leher dari femur
2.      Fraktur Ekstrakapsuler;
·         Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.
·         Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah trokhanter kecil.

Patofisiologi Fraktur
Penyebab Fraktur Adalah Trauma
Trauma dibagi menjadi dua, yaitu :
1.      Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan).
2.      Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua.
Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa
yang disebabkan oleh suatu proses., yaitu :
• Osteoporosis Imperfekta
• Osteoporosis
• Penyakit metabolik
Tanda Dan Gejala Fraktur
      Nyeri hebat di tempat fraktur
      Tak mampu menggerakkan ekstremitas pada bagian distal
      Rotasi luar dari kaki lebih pendek
      Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, krepitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.

Penatalaksanaan Medik Fraktur
      X-Ray (rontgen)
      Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
      Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
      CCT kalau banyak kerusakan otot.

Traksi
Yaitu penyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin

Metode Pemasangan traksi:
Traksi Manual
Tujuan: Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency. Dilakukan dengan menarik bagian tubuh.

Traksi Mekanik
Ada dua macam, yaitu :
1.      Traksi Kulit
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot. Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg. Untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila tidak diteruskan dengan pemasangan gips.
2.      Traksi Skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal.

Kegunaan Pemasangan Traksi
Traksi yang dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau panggul, kegunaannya :
• Mengurangi nyeri akibat spasme otot
• Memperbaiki dan mencegah deformitas
• Immobilisasi
• Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi).
• Mengencangkan pada perlekatannya.



Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat keperawatan
a. Riwayat perjalanan penyakit
        Keluhan utama klien datang ke RS atau pelayanan kesehatan
        Apa penyebabnya, kapan terjadinya kecelakaan atau trauma
        Bagaimana dirasakan, adanya nyeri, panas, bengkak, Perubahan bentuk, terbatasnya gerakan dan Kehilangan fungsi
        Apakah klien mempunyai riwayat penyakit osteoporosis

b. Riwayat pengobatan sebelumnya
        Apakan klien pernah mendapatkan pengobatan jenis kortikosteroid dalam jangka waktu lama
        Apakah klien pernah menggunakan obat-obat hormonal, terutama pada wanita
        Berapa lama klien mendapatkan pengobatan tersebut
        Kapan klien mendapatkan pengobatan terakhir

c. Proses pertolongan pertama yang dilakukan
        Pemasangan bidai sebelum memindahkan dan pertahankan gerakan di atas atau di bawah tulang yang fraktur sebelum dipindahkan
        Tinggikan ekstremitas untuk mengurangi edema

2. Pemeriksaan fisik
a. Mengidentifikasi tipe fraktur
b. Inspeksi daerah mana yang terkena
·         Deformitas yang nampak jelas
·         Edema, ekimosis sekitar lokasi cedera
·         Laserasi
·         Perubahan warna kulit
·         Kehilangan fungsi daerah yang cidera
c. Palpasi
        Bengkak, adanya nyeri dan penyebaran
        Krepitasi
        Nadi, dingin
        Observasi spasme otot sekitar daerah fraktur


Diagnosa Keperawatan pada Fraktur Femur
1.      Resiko terjadinya syok b.d. perdarahan yg banyak
2.      Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d. perubahan fragmen tulang, luka pada jaringan lunak, pemasangan back slab, stress, dan cemas, Potensial infeksi sehubungan dengan luka terbuka.
3.      Gangguan aktivitas sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler skeletal, nyeri, immobilisasi.
4.      Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosa, dan pengobatan sehubungan dengan kesalahan dalam penafsiran, tidak familier dengan sumber informasi.
Rencana Keperawatan

Resiko terjadinya syok b.d. perdarahan yg banyak
Intervensi
1.      Observasi tanda-tanda vital.
(Untuk mengetahui tanda-tanda syok sedini mungkin)
2.      Mengkaji sumber, lokasi, dan banyaknya per darahan
(Untuk menentukan tindakan)
3.      Memberikan posisi supinasi
(Untuk mengurangi perdarahan dan mencegah kekurangan darah ke otak)
4.      Memberikan banyak cairan (minum)
(Untuk mencegah kekurangan cairan)
5.      Pemberian cairan per infuse 
(Mengganti cairan yang hilang)
6.      Pemberian obat koagulan sia (vit.K, Adona) dan penghentian perdarahan dgn fiksasi.
(Membantu proses pembekuan darah dan untuk menghentikan perdarahan)
7.      Pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht)
(Untuk mengetahui kadar Hb, Ht apakah perlu transfusi atau tidak)

Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d. perubahan fragmen tulang, luka pada jaringan lunak, pemasangan back slab, stress, dan cemas
Intervensi:
1.      Mengkaji karakteristik nyeri : lokasi, durasi, intensitas nyeri dengan menggunakan skala nyeri (0-10)
(Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat menentukan jenis tindak annya)
2.      Mempertahankan immobilisasi (back slab)
(Mencegah pergeseran tulang dan penekanan pada jaringan yang luka)
3.      Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka.
(Peningkatan vena return, menurunkan edem, dan mengurangi nyeri)
4.      Menjelaskan seluruh prosedur di atas
(Untuk mempersiapkan mental serta agar pasien berpartisipasi pada setiap tindakan yang akan dilakukan)
5.      Pemberian obat-obatan analgesik
(Mengurangi rasa nyeri)

Gangguan aktivitas sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler skeletal, nyeri, immobilisasi.
Intervensi:
1.      Kaji tingkat immobilisasi yang disebabkan oleh edema dan persepsi pasien tentang immobilisasi tersebut.
(Pasien akan membatasi gerak karena salah persepsi (persepsi tidak proposional))
2.      Mendorong partisipasi dalam aktivitas rekreasi (menonton TV, membaca kora, dll ).
(Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memusatkan perhatian, meningkatkan perasaan mengontrol diri pasien dan membantu dalam mengurangi isolasi sosial)
3.      Menganjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada yang cedera maupun yang tidak.
(Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan mobilitas sendi, mencegah kontraktur / atropi dan reapsorbsi Ca yang tidak digunakan)
4.      Membantu pasien dalam perawatan diri
(Meningkatkan kekuatan dan sirkulasi otot, meningkatkan pasien dalam mengontrol situasi, meningkatkan kemauan pasien untuk sembuh)
5.      Auskultasi bising usus, monitor kebiasa an eliminasi dan menganjurkan agar b.a.b. teratur.
(Bedrest, penggunaan analgetika dan perubahan diit dapat menyebabkan penurunan peristaltik usus dan konstipasi)
6.      Memberikan diit tinggi protein , vitamin , dan mineral.
(Mempercepat proses penyembuhan, mencegah penurunan BB, karena pada immobilisasi biasanya terjadi penurunan BB (20 – 30 lb)
7.      Konsul dengan bagian fisioterapi
(Untuk menentukan program latihan)

Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosa, dan pengo- batan sehubungan dengan kesalahan dalam pe- nafsiran, tidak familier dengan sumber in- formasi.
Intervensi:
1.    Menjelaskan tentang kelainan yang muncul prognosa, dan harapan yang akan datang.
(Pasien mengetahui kondisi saat ini dan hari depan sehingga pasien dapat menentukan pilihan)
2.    Memberikan dukungan cara-cara mobilisasi dan ambulasi sebagaimana yang dianjurkan  oleh bagian fisioterapi.
(Sebagian besar fraktur memerlukan penopang dan fiksasi selama proses penyembuhan sehingga keterlambatan penyembuhan disebabkan oleh penggunaan alat bantu yang kurang tepat)
3.    Memilah-milah aktifitas yang bisa mandiri dan yang harus dibantu.
(Mengorganisasikan kegiatan yang diperlu kan dan siapa yang perlu menolongnya. (apakah fisioterapi, perawat atau keluarga))
4.    Mengidentifikasi pelayanan umum yang tersedia seperti team rehabilitasi, perawat keluarga (home care)
(Membantu meng- fasilitaskan perawatan mandiri memberi support untuk mandiri)
5.    Mendiskusikan tentang perawatan lanjutan.
(Penyembuhan fraktur tulang kemungkinan lama (kurang lebih 1 tahun) sehingga perlu disiapkan untuk perencanaan perawatan lanjutan dan pasien koopratif)



Daftar Kepustakaan

Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.

Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company

2 komentar:

Anonim mengatakan...

mantap gan.....

eko agus ridwanto mengatakan...

makasih comment nya