BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penduduk dunia saat ini berjumlah 6,3
miliar Dari jumlah itu penduduk remaja mencapai lebih dari satu miliar penduduk
usia remaja memasuki perilaku reproduksi dan seksual yang dapat membahayakan
atau justru mengancam kehidupannya. Menurut Siswanto, selaku Sekjen IPADI dan
Deputi KB dan kesehatan reproduksi BKKBN pusat, ada 15 juta perempuan remaja
melahirkan anak dan sebagian dari mereka sudah melakukan hubungan seksual di
luar sebelum menikah. Setiap tahun, 500.000 perempuan meninggal dunia karena
melahirkan dan lebih 65.000 diantaranya adalah remaja perempuan (www.yourcompany.com,
2006).
Terkait dengan itu, jumlah penduduk
Indonesia yang saat itu 213 juta, 30 % diantaranya atau 62 juta adalah remaja
usia 10-24 tahun. Berbagai data menunjukkan bahwa, remaja yang melakukan
hubungan seksual sebelum usia19 tahun. Misalnya hasil survey di 12 kota, salah
satunya di kota Medan yang menunjukkan perkiraan angka sekitar 5,5-11% remaja
melakukan hubungan seksual sebelum usia 19 tahun, sedangkan usia 15-24 tahun
adalah 14,7-30 % (www.your company.com, 2006).
Pemerintah Indonesia sejak tahun 1996
telah memberikan perhatian yang serius terhadap masalah kesehatan reproduksi
remaja, modernisasi, globalisasi, tekhnologi dan informasi serta berbagai
faktor lainnya dapat mempengaruhi
perubahan perilaku kehidupan remaja
yang kemudian berpengaruh pada perilaku kehidupan kesehatan reproduksi mereka.
Perubahan perilaku kesehatan reproduksi jika tidak tidak ditangani dengan
seksama akan berdampak pada penurunan kualitas keluarga di kemudian hari
(Sarbini, 2000).
Tingginya angka hubungan seks
pranikah di kalangan remaja ada kaitannya dengan meningkatnya jumlah aborsi
saat ini, serta kurangnya pengetahuan remaja akan reproduksi sehat. Jumlah
aborsi saat ini tercatat sekitar 2,3 juta, dan 15-20 % diantaranya dilakukan
remaja. Hal ini pula yang menjadikan tingginya angka kematian ibu di Indonesia,
dan menjadikan Indonesia sebagai Negara yang dengan angka kematian ibunya
tertinggi di seluruh Asia Tenggara (www.your company.com, 2006).
Selain itu seks pranikah akan
meningkatkan kasus penyakit menular seksual, seperti spilis, GO (Gonorhoe),
hingga HIV/ AIDS.Andrologi Anita Gunawan mengatakan , kasus GO paling banyak
terjadi. Penderita bisa saja tidak mengalami keluhan. Tapi hal itu justru
semakin meningkatkan penyebaran penyakit tersebut (Gemari, 2001).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
tingkat pengetahuan siswa terhadap kesehatan reproduksi remaja diantaranya:
akses media massa, pengaruh teman sebaya, perilaku dan pendidikan karena sudah
saat nya dikalangan remaja diberikan satu bekal pendidikan tentang kesehatan
reproduksi remaja disekolah-sekolah, namun bukan pendidikan seks secara vulgar.
Pendidikan kesehatan reproduksi dikalangan remaja bukan hanya memberikan
pengetahuan tentang organ reproduksi, tetapi bahaya akibat pergaulan bebas,
seperti penyakit menular seksual (PMS) dan sebagainya. Dengan demikian
anak-anak remaja ini bisa terhindar dari percobaan melakukan seks bebas
(Dianawati, 2003).
Berdasarkan data tersebut di atas
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan antara
akses media massa dan pengaruh teman sebaya dengan tingkat pengetahuan siswa
terhadap kesehatan reproduksi remaja di SMA Srijaya Negara Palembang tahun 2006
“.